hurmm

Sunday, September 27, 2009

Wanita-Wanita Dalam Kisah Dahsyat Penjara Israel

RAMALLAH (SuaraMedia) – Para wanita Palestina dibebaskan minggu ini setelah enam tahun dalam tahanan atas dakwaan penolakan pendudukan militer Israel, mereka berbicara tentang melawan “penganiayaan mengerikan” dan kisah dahsyat di penjara-penjara Israel.

“Mereka memukuli kami, mereka menendangi kami, mereka menghina kami. Mereka memperlakukan kami seolah-olah kami adalah binatang,” Sherine Sheikh Khalil, 24 tahun, menuturkan dalam sebuah wawancara eksklusif.
“Benar-benar sulit untuk mengungkapkan sifat kebinatangan dan kebiadaban dari sikap mereka,” aktivis muda dari pusat Jalur Gaza, kota Khan Younis tersebut menambahkan.

Pada 2003, yang baru 17 tahun, Sherine didakwah oleh pengadilan militer Israel atas keikutsertaannya dalam sebuah usaha penculikan dari seorang imigran Yahudi di Tepi Barat.

Ia dibebaskan pada Senin setelah akhir dari masa tahanannya.

Walaupun ayah Sherine, saudara laki-laki dan saudara perempuannya tinggal di Ramallah, ibu kota dari Tepi Barat yang terjajah, rejim pendudukan Israel memutuskan untuk membuangnya ke Jalur Gaza, sepertinya sebagai sebuah tindakan hukuman lebih jauh.

“Saya bahagia karena saya telah bebas, tetapi saya berharap saya dapat menemui keluarga saya di Ramallah.”

Menurut kelompok hak-hak azazi manusia di Gaza, Israel telah mendeportasi sekitar 30 warga Tepi Barat ke daerah sepanjang pantai sejak permulaan dari Intifada Al-Aqsa pada akhir September 2000.

Sherine menggambarkan persidangan Israel sebagai “sebuah sistem dari kisas dan pembalasan dendam” daripada sebuah “sistem keadilan.”

“Anda benar-benar tidak bisa membicarakan tentang sistem keadilan murni di Israel,” ia bersikeras.

“Kami membicarakan tentang sebuah negara yang mendukung pembunuhan dari orang-orang non-Yahudi, pencurian hak-hak milik mereka dan penghancuran rumah-rumah mereka. Negara tersebut merupakan negara yang menggunakan setiap kemungkinan situasi-situasi melunak untuk membuktikan tidak bersalah bagi para Yahudi pembunuh warga Palestina sambil menyiapkan semacam dalih untuk menghukum dan mempersalahkan warga Palestina.”

Sherine mengatakan bahwa persidangan tidak lebih dari sekedar sebuah alat di tangan rejim Israel untuk menimbulkan kerusakan pada orang-orang Palestina dan memberikan pengesahan palsu pada pendudukan militer.

Terdapat lebih dari 11.000 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel.

Banyak dari mereka merupakan para aktivis politik, para politisi lokal dan pemimpin-pemimpin komunitas ditahan bertahun-tahun tanpa dakwaan atau persidangan.

Kelompok hak azazi manusia yang beroperasi di daerah terjajah sering menyebut semua tahanan tersebut sebagai “sandera” atau “kepingan-kepingan perundingan” yang digunakan oleh Israel untuk merampas konsesi politik dari kelompok-kelompok perlawanan dan Kekuasaan Palestina yang didukung Barat.

Sheriene, yang ditinggalkan di balik tahanan-tahanan wanita Palestina yang lain, membicarakan sebuah rejim keseluruhan dari “provokasi dan hukuman” yang secara terus-menerus menghantui tahanan-tahanan Palestina di penjara-penjara dan tahanan bawah tanah Israel.

Beberapa dari para tahanan wanita, ia mengatakan, dipaksa untuk melahirkan di penjara dengan tangan diborgol dan kaki dibelenggu.

Aktivis Palestina mengatakan bahwa pembalasan dendam terakhir memindahkan tahanan-tahanan Palestina ke dalam bangsal dengan para kriminal kelas berat Israel.

“Kita membicarakan tentang orang-orang yang paling rendah dari yang rendah,” Sherine berkeluh.

“Jadi, bayangkan diri anda sendiri menghabiskan hari-hari dan malam-malam dengan para pembunuh, pemadat, pelacur, dan segala macam orang-orang yang memiliki kelakuan menyimpang.”

Ia menuduh bahwa para pejabat penjara Israel berkomplot dengan para kriminal tersebut untuk menyakiti atau setidaknya mengusik tahanan-tahanan Palestina, kurang lebih yang ia katakan terjadi pada banyak kejadian.

Abdul Nasser farwana, kepala dari Departemen Statistik dari kementrian tahanan di Ramallah, mengatakan pada IOL bahwa penyiksaan para tahanan termasuk mengencangkan penutup kepala mengacu sebagai suatu keadaan terjepit.

Ia mengatakan bahwa Israel baru-baru ini telah memperkenalkan tindakan “kekerasan” terhadap para tahanan untuk tujuan solid dari “dendam membara.”

Beberapa dari tindakan tersebut ditujukan secara spesifik kepada para pendukung Hamas, tetapi tahanan-tahanan lain, termasuk mereka yang bergabung dengan Fatah dan Jihad Islam, juga terpengaruh.

Beberapa tahun yang lalu, Israel menciptakan “Pasukan Nachshon” yang tugas utamanya adalah menindas dan bertindak kejam pada para tahanan Palestina.

Pemerintahan baru Israel, yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, telah mengakui bahwa tindakan-tindakan yang lebih kejam yang sedang diperkenalkan, pada intinya untuk memaksa Hamas untuk mengendurkan keadaannya untuk pelepasan seorang tentara Israel yang ditangkap hampir tiga tahun yang lalu.

Hal ini termasuk menurunnya makanan dalam kualitas dan kuantitasnya, penyitaan transistor radio, tidak diperbolehkan adanya buku-buku, kurangnya kunjungan-kunjungan keluarga, dan kecerobohan medis yang disengaja, yang pada akhirnya menuntun pada kematian sedikitnya dua tahanan.

Menanyakan tentang apa yang ia pikirkan adalah masa yang paling sulit selama pemenjaraan enam-tahunnya, Sherine mengatakan bahwa terdapat “naik dan turun” pada tingkatan penyiksaan.

“Hal ini bergantung dari suasana hati para petugas penjara, terkadang mereka akan menyerang bangsal kami setelah tengah malam dengan tujuan untuk menggeledah kami. Dan hal ini terutama bisa menjadi penghinaan karena hal ini dilakukan dalam pandangan sepenuhnya dari seorang petugas pria menemani sipir wanita,” ia mengatakan.

“Anda melihat motif sebenarnya di balik tindakan provokatif tersebut adalah untuk menghina kami dan menyiksa kami secara emosi. Mereka ingin mematahkan hasrat dan martabat kami. Tetapi tentu saja kami lebih kuat dari pada semua taktik jahat mereka. (ppt/iol) Dikutip oleh SuaraMedia.com

No comments: